islamic clock

ZUNI PRASANTI (2009-31-120)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN.YULIAR PUSPA MEGA (2009-31-104)

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah psikologi pendidikan
Dosen pengampu santoso


Oleh :
Yuliar Puspa Mega
2009 – 31-104


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2010
A. PENDAHULUAN
Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pendidikan sangat terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Pedidikan di arahkan pada perkembangan dan pertumbuhan manusia agar menjadi manusia yang mempunyai identitas. Maka dari itu, pendidikan memiliki peran yang sangat sentral dalam “membentuk”manusia seperti apa yang akan dihasilkan melalui sebuah pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan bagi kehidupan manusia maka pendidikan di program menggunakan kurikulum yang berdasarkan pada hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam serta melibatkan berbagai disiplin ilmu serta pengalaman secara komprehensif.
Kurikulum sebagai program pendidikan,berfungsi sebagai pedoman umum dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan sebagai sasaran yang harus diupayakan untuk dicapai atau direalisasikan,pokok – pokok materi,bentuk pendidikan,dan kegiatan evaluasi. Pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam pendidikan dengan sejumlah arti mata pelajaran pada perguruan tinggi. Didalam kamus(webster)kurikulum diartikan dalam dua macam,yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang dipelajari siswa di sekolah maupun perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen,yang diberikan dan akhirnya siswa tersebut berhak untuk mendapatkan sertifikat/ijazah sebagai bukti telah menyelesaikan program pendidikan(UT,Roberts.Zais:1976:1.3).
Proses pendidikan di sekolah mencakup berbagai kegiatan yang diarahkan pada pembentukan pribadi siswa,baik jasmaniah ataupun rohaniah. Ada berbagai macam istilah kurikulum diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pembelajaran.
2. Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari sekolah.
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa.
Menurut pandangan tradisional,kurikulum adalah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di suatu sekolah. Kurikulum tradisional membeda – bedakan kegiatan belajar kedalam kegiatan kurikulum,kegiatan penyerta kurikulum,dan kegiatan diluar kurikulum. Sedangkan menurut pandangan modern,kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran. Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Semua pengalaman belajar yang diperoleh dari sekolah dipandang sebagai kurikulum. Inti dari kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar. Terkait dengan kurikulum sebagai suatu program,dalam Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di jelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi,dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu(Bab 1 Pasal 1).
Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan – kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan – perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam pengertian diatas sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus,yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut dapat ditampilkan dalam diagram sebagai berikut : proses tersebut terdiri dari empat unsur yakni:
a. Tujuan : Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan. Tujuan pengajaran,baik yang berkenaan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara menyeluruh.
b. Metode dan Material : mengembangkan dan mencoba menggunakan metode –metode dan materi sekolah untuk mencapai tujuan – tujuan yang serasi menurut pertimbangan guru.
c. Penilaian(assesment) : Menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan,dan bila mengembangkan tujuan – tujuan baru.
d. Balikan(feed back) : Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

B. PEMBAHASAN
Dasar – dasar pengembangan kurikulum :
a. Kurikulum disusun untuk mewujudkan Sistem Pendidikan Nasional.
b. Kurikulum pada semua jejang pendidikan dikembangkan dengan pendekatan kemampuan.
c. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing – masing jenjang pendidikan.
d. Kurikulum pendidikan dasar,menengah,dan tinggi dikembangkan atas dasar Standar Nasional Pendidikan.
e. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan potensi dan minat peserta didik dan tuntutan pihak – pihak yang memerlukan dan berkepentingan.
f. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pengembangan daerah dan nasional,keanekaragaman daerah dan lingkungan serta kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni.
g. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
Beberapa landasan utama dalam pengembangan kurikulum tersebut antara lain : landasan filosofis,psikologis,sosial budaya,dan perkembangan ilmu pengetahuan.
A. LANDASAN FILOSOFIS
Unsur utama pendidikan adalah manusia,yaitu manusia yang bertindak sebagai pendidik dan peserta didik. Banyak tokoh pendidikan yang telah berhasil memberikan dasar bagi pendidikan(kurikulum)antara lain John Dewey, Martin Luther, Jean Jacques Rousseau, Frobel, Motessori, dan Pestalozzi. Sedangkan tokoh pendidikan di Indonesia sendiri adalah Ki Hajar Dewantara.
Menurut Dewey(UT:1963:2.5)pendidikan adalah memunculkan potensi anak, anak adalah makhluk aktif yang memiliki empat minat. Minat tersebut adalah:
1. Berhubungan, bercakap – cakap/berkomunikasi.
2. Menyelidiki/mengetahui sendiri.
3. Berbuat/mengkonstruksi.
4. Keindahan/berekspresi artistik.
Menurut Martin Luther,menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mengajarkan agama,adapun model pengajaran agama pada anak yang terbaik adalah melalui kebiasaan.
Menurut Rousseau,menganggap bahwa pendidikan pada anak yang terbaik adalah yang dilakukan secara alamiah/kembali ke alam.
Menurut Pestalozzi,menyatakan bahwa pendidikan sebaiknya mengikuti sifat – sifat bawaan anak. Dengan demikian filsafat dalam pengembangan kurikulum memilih fungsi sebagai berikut :
1. Filsafat dapat menentukan arah pendidikan.
2. Filsafat dan tujuan yang jelas akan menggambarkan hasil yang akan dicapai.
3. Fisafat dan tujuan yang jelas akan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Filsafat dan tujuan yang jelas memberi kesatuan yang bulat untuk mencapainya.
B. LANDASAN PSIKOLOGIS
Para ahli berpandangan bahwa kebutuhan anak sebagai subyek belajar dapat ditafsirkan ke dalam dua bagian. Pertama,kebutuhan psiko – biologis dan kedua,kebutuhan sosial. Kebutuhan psiko – biologis berupa : keinginan, tujuan, harapan, cita – cita, minat, bakat, dan sebagainya. Sedangkan,kebutuhan sosial berkaitan dengan tuntutan dari orang tua dan masyarakat/orang dewasa yang seharusnya dimiliki/dilakukan dari setiap anak. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan program pendidikan untuk mengubah tingkah laku manusia menuju kedewasaan baik fisik, intelektual, emosional, moral, maupun sosial.
C. LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia,pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dilihat dari dimensi sosial budaya,Syaodih mengemukakan tiga hal utama dalam pengembangan kurikulum yaitu :
1. Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai.
2. Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat.
3. Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.
Pendidikan itu sendiri artinya bahwa pendidikan harus memberi makna yang cukup luas bagi setiap peserta didik, tetapi juga bagi kehidupan masyarakat luas. Oleh karena itu, kurikulum sebagai program pendidikan juga harus peka terhadap permasalahan, potensi, harapan, unsur pendukung, yang muncul dari lingkungan masyarakat baik lokal maupun global.
D. LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Menurut pendapat Herbert Spencer,what knowledge is of most worth, dapat dijadikan acuan untuk memilih pengetahuan sebagai sumber belajar bagi anak. Untuk mengatasi kesulitan dalam memilih bahan/sumber pengetahuan yang layak diberikan pada anak. Hilda Taba memberikan beberapa kriteria sebagai beikut :
1. Bahan yang diberikan harus sahih (valid)dan berarti (significant).
2. Bahan yang diberikan harus sesuai(relevan)dengan kenyataan sosial dan kultural yang berkembang di masyarakat.
3. Bahan yang diberikan harus mengandung keseimbangan antara keluasan dan kedalaman.
4. Bahan yang diberikan harus mencakup berbagai ragam tujuan yang harus dikembangkan.
5. Bahan yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan anak.
6. Bahan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak.
Landasan ilmu pengetahuan, menekankan bahwa dalam mengembangkan kurikulum kita harus peka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kurikulum tidak ketinggalan zaman. Kurikulum di harapkan menjadi inovator guna menuju kehidupan manusia yang lebih berkualitas. Adapun asas – asas dalam membina kurikulum yaitu :
1. Asas Filosofis
Asas ini berkenaan dengan sistem nilai, mencakup filsafat dan tujuan pendidikan.
2. Asas Psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Perilaku yang menjadikan landasan dalam pengembangan kurikulum yang dipelajari dalam psikologi belajar dan psikologi anak. Hal ini meliputi teori – teori yang berhubungan dengan individu dalam proses belajar serta perkembangannya. Disamping itu sekolah di beri wewenang untuk mengembangkan situasi belajar yang kondusif agar bakat siswa dapat berkembang.
3. Asas Sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekonstruksi masyarakat.
4. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum,ada tiga bentuk kurikulum yaitu :
a. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah – pisah(separated-subject curriculum).
b. Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran/gabungan beberapa mata pelajaran sejenis(correled curriculum).
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran(integrated curriculum).

Prinsip – prinsip yang dianut dalam pengembangan kurikulum.
A.Prinsip Umum.
Prinsip pengembangan kurikulum yang bersifat umum adalah prinsip yang digunakan pada setiap lembaga pendidikan. Prinsip – prinsip itu adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Relevansi.
Kurikulum harus memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi baik secara internal maupun eksternal. Relevansi internal mengacu pada kesesuaian antara komponen – komponen kurikulum. Sementara itu,relevansi eksternal mengacu pada kesesuaian kurikulum dengan tuntutan ilmu pengetahuan, tuntutan dan potensi siswa serta kebutuhan masyarakat.
2. Prinsip Fleksibilitas.
Kurikulum dituntut untuk memiliki sifat keluwesan, lentur, atau fleksibel(tidak kaku) disamping berisi program yang berlaku untuk semua siswa, kurikulum juga harus berisi program yang memberi kesempatan siswa untuk memilih.
3. Prinsip kontinuitas.
Kurikulum pada berbagai tingkatan kelas dan jenjang pendidikan disusun secara berkesinambungan baik secara vertikal maupun horizontal. Kesinambungan secara vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa,harus dilakukan secara logis dan sistematis. Kesinambungan secara horizontal artinya pengalaman belajar yang dikembangkan dalam kurikulum harus mampu merespon dunia luar yang lebih luas,seperti jenis pekerjaan yang akan dihadapi.
4. Prinsip Efisien dan Efektivitas.
Kurikulum harus diusahakan dalam menggunakan waktu, biaya, dan sumber- sumber pendidikan lainnya secara optimal untuk mencapai hasil pendidikan yang sempurna.
B. Prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK).
Secara khusus, pengembangan KBK berpedoman pada prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Prinsip Keimanan, Nilai, dan Budi pekerti.
Masyarakat dalam memfasilitasi kehidupan siswa yang bermoral, berakhlaq mulia, dan mengamalkanya dalam setiap pengembangan kurikulum.
2. Penguasaan Integritas Nasional.
Kurikulum hendaknya memperhatikan hubungan berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian dengan memperkuat kehidupan nasional dengan saling menghargai terhadap perbedaan dan keragaman.
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinetika.
Kurikulum yang ada harus dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang seimbang antara pengetahuan sikap dan keterampilan serta menjadi manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Kesamaan memperoleh kesempatan.
Kurikulum yang dikembangkan harus memberi peluang kepada semua siswa untuk mendapatkan pelayanan yang sama dalam memperoleh pengalaman belajar.
5. Abad Pengetahuan dan teknologi informasi.
Kurikulum harus mempersiapkan siswa memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mengimbangi arus perkembangan IPTEK khususnya dibidang teknologi informasi yang semakin maju.
6. Keterampilan Hidup. Pengembangan
Kurikulum pendidikan harus memberi pengalaman belajar dan kehidupan nyata, agar siswa memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas – tugas kehidupan yang akan dihadapinya.
7. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif.
Kurikulum dikembangkan untuk memberi pengalaman belajar bagi siswa. Maka dari itu, kurikulum dikembangkan dengan mengacu pada kepentingan siswa. Setiap pengalaman belajar siswa harus dapat diukur melalui sistem penilaian yang dilakukan secara terus – menerus.
8. Pendekatan dan kemitraan.
Kurikulum yang dikembangkan harus berdasarkan kemampuan secara terintegrasi melalui kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah, masyarakat, dan orang tua.

Komponen – komponen kurikulum
Setiap kurikulum mempunyai komponen – komponen sebagai berikut :








1.komponen Tujuan.
Tujuan dari program pendidikan yang diberikan dan harus dicapai oleh siswa yang mempunyai hubungan timbal – balik antara yang satu dengan yang lainnya dengan adanya beberapa faktor yaitu :
a. Tujuan pendidikan nasional. Tujuan ini menjadi landasan bagi lembaga pendidikan.
b. Kesesuaian antara tujuan kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
c. Kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.
d. Kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.
e. Kesesuain tujuan kurikulum dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.
Rumusan tujuan kurikulum diharapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen lain. Hal ini penting dalam sebuah tujuan kurikulum yang berfungsi sebagai :
a. Penentu bagi penetapan komponen – komponen lainnya(materi, metode, media, sumber, dan evaluasi).
b. Penentuan arah dan corak kegiatan pendidikan yang akan dilaksanakan.
c. Indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
d. Pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari para pengelola dan pelaksana pendidikan.
2.Komponen Isi/materi.
Isi kurikulum pada dasarnya adalah bahan/materi yang disusun untuk diberikan kepada siswa dari sekolah, agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengalaman belajar bagi siswa. Menurut Sudjana(1989)memberikan beberapa kriteria dalam memilih dan menentukan materi kurikulum sebagai berikut:
a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
c. Isi kurikulum mendukung pencapaian tujuan yang mengandung aspek intelektual, moral, dan sosial secara seimbang.
d. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang kebenarannya telah teruji sehingga tidak menyesatkan para siswa.
e. Isi kurikulum harus mengandung bahan teori, prinsip,dan konsep yang terdapat didalamnya secara jelas.
3.Komponen metode/proses kegiatan pembelajaran.
Komponen metode/proses kegiatan pembelajaran yaitu cara siswa memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yakni perubahan tingkah laku. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat kita jadikan pegangan yaitu :
a. Belajar senantiasa bertujuan.
b. Belajar berdasarkan kebutuhan dan motivasi siswa.
c. Belajar berarti mengorganisasi pengalaman.
d. Belajar memerlukan pemahaman.
e. Belajar bersifat keseluruhan.
f. Belajar memerlukan latihan dan ulangan.
g. Belajar memerhatikan perbedaan individu.
h. Belajar harus bersifat kontinu.
i. Dalam proses pembelajaran senantiasa terdapat hambatan – hambatan.
j. Hasil belajar adalah bentuk perubahan perilaku siswa secara menyeluruh.
4.Komponen evaluasi/penilaian.
Komponen evaluasi/penilaian yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau tidak. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus –menerus. Penilaian kurikulum sebagai suatu sistem yang berfungsi sebagai alat, mencapai tujuan pendidikan, efisien, efektivitas, relevansi, dan produktivitasnya dapat diidentifikasi dari segi masukan, proses, hasil, dan dampak yang ditimbulkan :
a. Evaluasi masukan(input)yaitu menilai semua sumber daya dari dana, tenaga, sarana dan fasillitas serta siswa sebelum menempuh program pendidikan.
b. Evaluasi proses pelaksanaan yaitu menilai strategi pelaksanaan seperti kegiatan pembelajaran, administrasi dan supervisi, penilaian hasil belajar, kegiatan bimbingan,pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dan bentuk kegiatan lain dalam merealisasikan program pendidikan.
c. Evaluasi hasil (output) yaitu menilai hasil lulusan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
d. Evaluasi dampak yang ditimbulkan yaitu menilai kualitas kemampuan lulusan berkenaan dengan kemampuan melaksanakan tugas – tugas kehidupan nyata sehari – hari baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
5.Komponen siswa dan komponen masyarakat.
Komponen siswa dan komponen masyarakat berkembang bahwa siswa yang pasif dalam minat dan kebutuhannya. Kebutuhan masyarakat dan bidang – bidang pekerjaan kemasyarakatan juga berkembang berdasarkan kurikulum pendidikan.

Pendekatan dan prosedur pengembangan kurikulum.
Pendekatan tersebut adalah :
1.Pendekatan dari atas ke bawah (top down approach).
Pendekatan dari atas ke bawah adalah suatu proses untuk membuat keputusan, baik membuat atau merevisi suatu kurikulum berdasarkan pada inisiatif para pejabat pendidikan atau para pemegang kebijakan ditingkat atas, seperti mentari atau para kepala dinas pendidikan.
Secara umum ada empat tahap kegiatan yang ditempuh dalam proses pengembangan kurikulum dengan pendekatan top down approach :
a. Pembentukan tim pengarah dengan tugas utama merumuskan konsep dasar, merumuskan garis besar kebijakan dan merumuskan falsafah dan tujuan umum pendidikan.
b. Pembentukan tim kelompok kerja untuk menjabarkan rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
c. Setelah rumusan kurikulum selesai dibuat kurikulum diserahkan kembali kepada tim pengarah untuk dikaji kelebihan dan kekurangannya berdasarkan hasil uji coba secara terbatas. Kekurangan yang teridentifikasi direvisi sehingga menghasilkan kurikulum yang siap disebar luaskan.
d. Apabila sudah dianggap sempurna maka kurikulum disebar luaskan kepada setiap sekolah untuk dilaksanakan.
2.Pendekatan dari bawah ke atas (grass-roots approach).
Pendekatan dari bawah ke atas merupakan kebalikan dari pendekatan top down. Pengembangan kurikulum melalui pendekatan grass roots hanya mungkin dilakukan apabila para guru di sekolah memiliki kemampuan dan profesionalisme serta inisiatif dan kreativitas yang tinggi.
Dalam pengembangan kurikulum selain kedua pendekatan tersebut, ada beberapa model pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum tersebut antara lain model Taba, model Tyler, model Oliva dan model Beauchamp.
a. Model Taba
Pada intinya lebih memfokuskan pada upaya mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Menurut Taba terdapat lima tahap kegiatan dalam pengembangan kurikulum yaitu :
1. Menghasilkan unit percobaan.
2. Menguji coba untuk menemukan tingkat validitas dan kelayakkan penggunaan.
3. Merevisi setiap unit eksperimen berdasarkan data hasil uji coba.
4. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
5. Implementasi dan penyebarluasan kurikulum.
b. Model Tyler
Ini pada dasarnya disesuaikan dan diarahkan pada visi, misi, dan tujuan dari masing – masing lembaga pendidikan. Ada empat tahap pengembangan kurikulum yaitu :
1. Menentukan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
2. Merumuskan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
3. Mengorganisasikan pengalaman belajar.
4. Merumuskan dan menetapkan kegiatan evaluasi.
c. Model Oliva.
Berdasarkan pemikiran Oliva dilakukan secara sederhana, komprehensif, dan sistematik. Proses yang ditempuh melewati 12 tahap kegiatan yaitu :
1. Merumuskan filsafat, sasaran, visi dan misi lembaga pendidikan dengan dasar utama kebutuhan siswa.
2. Studi kebutuhan lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.
3. Merumuskan tujuan umum yang didasarkan pada kebutuhan siswa dan masyarakat.
4. Menjabarkan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum.
5. Mengorganisasikan rancangandan implementasi kurikulum.
6. Menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran.
7. Menjabarkan tujuan umum menjadi tujuan khusus pembelajaran.
8. Menetapkan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan.
9. Melakukan studi tentang kemungkinan bentuk dan jenis penilaian/evaluasi yang harus dilakukan.
10. Implementasi kurikulum.
11. Evaluasi terhadap pembelajaran.
12. Evaluasi kurikulum.
d. Model Beauchamp.
Model Beauchamp ini lebih sederhana, terdapat lima langkah yang harus ditempuh dalam pengembangan kurikulum yakni :
1. Menetapkan wilayah yang melakukan perubahan seperti: sekolah, satu kecamatan, kabupaten, dan kota.
2. Menetapkan tim yang akan melakukan pengembangan kurikulum.
3. Merumuskan prosedur sebagai langkah operasional kurikulum.
4. Menerapkan/implementasi kurikulum.
5. Melaksanakan evaluasi kurikulum.


PROSES PENGEMBANGAN ANAK USIA 0 – 3 TAHUN DALAM PERSPEKTIF BCCT
KEGIATAN BELEJAR 1
Perkembangan anak usia lahir hingga 8 bulan(The Awakening)
Bayi dilahirkan telah memiliki kemampuan yang menakjubkan ia memandang mata anda, mendengar suara anda, dan tenang saat anda memeluknya. Ia mengenal suara anda sebagai orang tuanya dan merasa nyaman dengan suara tersebut dibandingkan suara orang lain. Dalam hubungan kasih sayang ini bayi menumbuhkan kepercayaan yang merupakan pondasi terbentuknya harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk dihuni, sekaligus memberi energi pada bayi untuk menjelajahi dan belajar terhadap semua yang ada disekelilingnya.
Saat kelahiran bayi telah memiliki sel saraf, akan dimilikinya sepanjang hidupnya tetapi pada saat lahir dan pada masa awal bayi keterkaitan sel-sel saraf ini masih lemah. Saling keterkaitan antara sel – sel saraf ini meningkat secara dramatis seiring dengan faktor yang mempengaruhinya yakni warisan genetiknya dan cara asuhnya. Banyak peneliti yang menunjukkan bahwa tahun pertama bayi terdapat sejumlah periode kritis dan sensitif. Pada periode ini seakan otak anak membuka jendelanya bagi pengalaman – pengalaman merangkai atau memantapkan struktur otak yang bertanggung jawab terhadap perkembangan sosio – emosional, kognitif, bahasa dan fisik serta bagaimana kita menyediakan lingkungan dan memberikan stimulusi yang sesuai tahap prkembangan.
A.Perkembangan Sosial Emosional Pada Masa Awal Bayi
Erickson menanamkan tahun pertama kehidupan seorang anak sebagai tahapan menumbuhkan rasa percaya dan rasa tidak percaya. Dari suatu kehidupan yang teratur hangat dan terlindungi di dalam kandungan Ibu. Bayi menghadapi suatu dunia yang kurang aman. Erickson yakin bahwa bayi mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten hangat dan penuh kasih sayang.
Salah satu tugas mendasar yang dilakukan bayi adalah menentukan apa dan bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhanya di dunia tempat ia hidup.
Teori Sigmund dan Anna Freud sejalan dengan kepedulian Erickson terhadap perkembangan hubungan rasa aman selama tahun awal kehidupan anak. Masing – masing teori ini mendukung keyakinan bahwa bayi harus mengembangkan hubungan yang sama dengan orang dewasa yang dekat dengan dirinya untuk dapat menghubungkan jangka panjang berikutnya.
Perhatian dan cinta kasih adalah mainan pertama seorang bayi. Hubungan dengan orang tua dan orang dewasa di sekitarnya mampu menumbuhkan koneksi neuron yang penting bagi perkembangan optimal otaknya. Sentuhan adalah sumber kenyamanan karena tindakan ini bagi bayi merupakan jaminan keamanan saat menghadapi situasi yang serba asing. Jelasnya sentuhan mengirim sinyal perintah ke otak untuk tumbuh dan berkembang dan membuat berbagai hubungan antar neuron. Sentuhan membuat bayi tabu bahwa saya adalah individu yang diinginkan dan bernilai.
B.Perkembangan kognitif Pada Awal Bayi
Jean Piaget menjelaskan bayi yang baru lahir hingga menginjak usia 2 tahun berada pada tahap pemikiran atau kemampuan sensorimotor. Pemikiran sensorimotor adalah kemampuan bayi untuk mengoraganisasikan dan mengkoordinasi sensasi dan persepsi melalui gerakan dan tindakan fisik. Piaget menegaskan bahwa anak adalah pembelajaran yang aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam proses pembelajaran melalui sensorimotor.
Selama delapan bulan pertama Piaget menggaris bawahi tonggak perkembangan penting yang dilaluinya. Maka pendidik dapat membantunya yakni:
1. Reflek sederhana (lahir 1 bulan), merupakan sub tahap sensorimotorik pertama yang terjadi pada bulan pertama kelahiran.
2. Reaksi sirkuler primer (1-4 bulan) bayi belajar mengkoordinasikan sensasi dan tipe skema atau struktur yaitu kebiasaan-kebiasaan dan reaksi sirkuler primer.
3. Reaksi sirkuler sekunder (4-8 bulan) bayi semakin berorientasi pada benda yang disekitarnya, benda yang bergerak dan asik dengan dirinya, menggoyangkan mainan yang berbunyi dapat menakjubkan bayi.
C.Perkembangan Bahasa pada Awal Perkembangan Bayi
Komunikasi lisan pertama bayi adalah melalui tangisannya dan selanjutnya melalui suara oeehan (cooing). Saat usia 4 bulan bayi memunculkan huruf konsonan dalam celotehannya. Perkembangan bahasa bayi tergantung pada interaksi antara orangtua dan pengasuhnya serta bayi itu sendiri. Banyaknya kosa kata yang dimiliki seorang anak juga berkaitan erat dengan kemampuan membaca.
Antara 4-6 bulan bayi dapat meraih objek dan membawanya ke dalam mulutnya. Ketika berusia 8 bulan dapat membalikkan halaman pada buku ceritanya.
D.Perkembangan Fisik pada Masa Awal Bayi
Bayi yang baru lahir bukanlah organisme yang tidak berdaya dan tak mampu mengerti apapun juga. Ia lahir ke muka bumi ini dengan membawa seperangkat reflek yang mempesona dan inheren dalam dirinya. Reflek bayi mengatur gerakan bayi yang baru lahir, sifat ini adalah otomatis dan berada di luar kendali bayi yang baru lahir. Reflek ini merupakan reaksi yang sulit terhadap rangsangan tertentu dan membri bayi kecil respon penyesuaian dini terhadap lingkungan.
Reflek menghisap (sucking reflee) terjadi ketika bayi baru lahir dan reflek mencari (rooting reflek) dan reflek motorik menghilang setelah bayi berusia kira-kira 3-4 bulan. Perkembangan fisik bayi mengikuti 3 prinsip urutan yakni:
1. Urutan cepalocaodal adalah pertumbuhan dimana pertumbuhan terbesar dumulai dari atas atau kepala.
2. Prokimodistal adalahpertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak ke kaki dan tangan.
3. Refinement adalah kemajuan perkembangan otot-otot melalui dari umum hingga khusus dalam kegiatan motorik kasar dan halus.
E.Perkembangan Main pada Masa Bayi
Annafreud mengatakan tahapan awal bayi bermain dengan anggota tubuhhnya sendiri seperti menepukkan kedua tangannya atau mencoba memasukkan jari jempol jemari pengasuhnya sekitar usia 3 bulan bayii mulai bermain dengan mainan dan objek lain di lingkungannya.
F.Stimulus Perkembangan Bagi Anak Usia Lahir Sampai 8 bulan Dalam Persefektif BCCT
Bayi harus mamiliki jadwal masing-masing pengasuh di lembaga PAUD tidak menempatkan pada jadwal yang terprogram, penataan lingkkungan main atau ruang bayi yaitu lingkungan main diruang bayi harus dapat diperkirakan atau dibiasakan untuk mengetahui tempat bermain, tempat tidur, mengganti popok dan tempat menenangkan. Sekurang-kurangnya 4 kali dalam sehari pengasuh atau orang tua berinteraksi dengan bati melalui kegiatan seperti di bawah ini:
1. Mengembangkan kekuatan tubuh bagian atas dan ketermpilan meraih dan menggengam.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan menunggu giliran.
3. Mengembangkan koordinasi lengan dan kaki dan mempertahankan perhatikan bayi.
4. Mengembangkan hubungan kasih dengan bayi.
KEGIATAN BELAJAR 2
Perkembangan Anak Usia 8 hingga 18 bulan (On the move)
Pada usia 8 bulan bayi umumnya mulai merangkak, menarik benda-benda yang di temuinya dan mulai belajar berjalan. Bayi pada usia ini memiliki energi yang tinggi dan memerlukan seseorang yang selalu mendampinginya selama masa-masa terjaga.
Memasuki tahun kedua, anak-anak yang baru belajar ini semakin terampil dalam system motorik dan gerakan mereka. Mereka tidak lagi puas di tempatkan di area bermain dan ingin bergerak ke seluruh tempat. Mereka adalah ilmuwan alami yang tertarik menjelajahi semua tempat dengan rasa ingin tahu yang besar.
A.Perkembangan Sosial-Emosional Pada Masa Akhir Bayi
Tahapan rasa percaya dan tidak percaya menurut Erikson masih tampak, orang dewasa yang konsisten, penuh perhatian dan cinta mengeksplorasi lingkunganya. Memasuki tahun kedua anak mulai mengembangkan perasaan otonomi serta rasa malu dan ragu. Otonomi merupakan kebutuhan untuk mandiri dan kemampuan untuk membuat sesuatu terjadi. Orang dewasa yang membolehkan anak membuat pilihan-pilihan dan mengerjakan sesuatu yang dapat di kerjakan sendiri akan memperkuat rasa otonomi mereka.
Otonomi di bangun atas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi dapat memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Selama masa otonomi ini, anak kadang memperlihatkan perilaku tantrum sebagai bentuk dari perjuangkan mempertahankan otonominya.
Untuk menghindari tantrum pada anak dasarnya adalah transisi. Bernyanyi, bertepuk tangan dan membuat aktivitas permainan membantu anak beradaptasi pada perubahan yang diinginkan.
B.Perkembangan kognitif Pada Masa Akhir Bayi
Teori Piaget menjelaskan kepada kita bahwa usia ini anak masih berada pada tahap sensorimotorik dalam perkembangan kognitif mereka. Anak belajar mengenal benda-benda di sekitarnya melalui manipulasi terhadap benda-benda tersebut, mengamati, merasakan, mencium, melempar dan menggoyangkan untuk menimbulkan efek bunyi.
Pada tahap sensorimotorik pada usia ini terdiri dari atas :
1. Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (8-12)
Pada subtahap ini ada perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesenjangan. Berkaitan dengan koordinasi ini adalah pencapaian kedua adanya kesenjangan (itentationality), pemisahan cara dan tujuan dala melaksanakan yang sederhana.
2. Reaksi Sirkuler Tersier, kesenangan atas sesuatu yang baru dan keingintahuan (Tertiary Circular Reactions, Novelty, and Curiosty). Sub tahap ini berkembang antara usia 12-18 bulan, bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya hal yang didapat mereka lakukan pada benda-benda itu.
C.Perkembangan Bahasa Pada Masa Akhir Bayi
Bayi telah memperoleh beberapa kata di akhir tahun pertamanya. Ia menggunakan sejumlah sinyal personal seperti bertepuk tangan untuk mengekspresikan peristiwa bahagia. Penggunaan satu kata akan mengekspresikan gagasan lengkap berkembang menjadi penggunaan dua frase kata bahasa reseptif bayi (kata-kata yang ia pahami) lebih dahulu berkembang dari pada bahasa ekspresif(kata-kata yang ia ucapkan). Ia dapat mengikuti arahan sederhana dan menunjukan pada mainan, binatang dan orang-orang yang dikenal. Jika lingkungan kaya dengan pengalaman berbahasa, ia seyogyanya memiliki kosakata ekspresif sekitar 50 kata ulang tahun keduanya.
D.Perkembangan Fisik Pada Masa Akhir Bayi.
Antara 7-9 bulan, anak mulai merangkak. Bayi membutuhkan banyak kesempatan untuk melatih gerak tubuhnya. Kemampuan untuk mengkoordinasikan sisi kiri dan kanan tubuhnya saat merangkak membutuhkan kombinasi banyak keterampilan motorik yang di pelajarinya selama bulan pertama.
Kemampuan baru yang dimiliki usia 8 bulan ini juga berupa menaiki anak tangga. Sekali saja anak tangga pertama di naikinya dengan mulus maka akan lebih mudah tangga yang lainnya.
Ketrampilan motorik kasar di usia ini ditandai kemampuan anak berjalan, memanjat dan mengendarai mainan roda empat, sementara ketrampilan motorik halusnya terlihat pada kemampuan menggemgam sesuatu dengan jari-jarinya (pincer grasping) dan menggemgam dengan telapak tangannya (palmer grasping), menjumput atau memungut sesuatu, memindahkan mainan satu tangan ke tangan lain, menjauhkan dan melempar mainan, menumpuk beberapa balok lunak lalu membongkarnya kembali.
E.Perkembangan Main pada Masa Akhir Bayi
Anna Freud Margaret Mahler menegaskan pentingnya penyediaan lingkungan yang aman saat anak mulai melatih ketrampilan baru dan bereksperimen dengan bahan-bahan mainnya.
Menurut Anna Freud (1968),anak pada usia ini menyukai kegiatan mengosongkan dan mengisi, membangun dan merobohkan, mendorong dan menarik. Pada usia ini anak mulai menjauhi pengusuhnya saat bereksplorasi. Beberapa anak mengembangkan keterkaitan yang kuat dengan mainan lembut favorit mereka atau sebuah selimut yang disebut Anna Freud sebagai “objek transisi”. Anna memandang benda-benda transisi merupakan dukungan emosional yang membantu anak berpindah dari main stimulus pada diri sendiri(self-stimulation of body play) kepada main dengan alat main (play with toys) dan selanjutnya bermain dengan anak-anak lain(play with other children).
F.Stimulus Bagi Perkembangan Anak Usia 8-18 Bulan Sesuai Perspektif BCCT.
Selama periode 8-18 bulan, anak pertama kali terlibat pada kegitan main sensorimotorik. Dengan dukungan yang sesuai dari orang dewasa, ia akan mulai bergerak pada kegiatan main peran. Untuk itu, orang tua atau pengasuh haruslah menyediakan kesempatan pada anak untuk melakukan jenis main ini.
Untuk mendukung eksplorasi motorik kasar anak, sebuah rumah atau tempat pendidikan anak usia dini tidak harus menyediakn perlengkapan yang permanen dan alat bermain yang sudah dianggap memadai. Kegiatan harian anak usia 8-18 bulan disusun dalam kelompok kecil yang dikelola oleh guru tetap yang lebih menekankan pada bermain sensorimotor dengan memperhatikan ragam pengalaman dan intensitas main.

PERKEMBANGAN ANAK USIA 18-24 BULAN
Kegiatan belajar 3
Pertngahan tahun kedua usia anak, ia telah mengambangkan banyak keterampilan dan memiliki sejumlah pengetahuan. Ia dapat berjalan, berbicara, dan mendapatkan hampir semua yang ingin diketahuinya,namun ia masih harus di dampingi orang dewasa secara konstan. Anak-anak usia ini adalah pembelajaran yang selalu ingin tahu, ia menyentuh,membuai, merasakan,mendengarkan dan mengamati semuanya. Ia menyukai irama musik. Anak usia ini tidak bisa diharapkan padanya haruslah dengan perkataan yang jelas dan membarikan pilihan-pilihan.
A.PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA AWAL KANAK-KANAK
Kanak- kanak awal ini masih dalam tahapan otonomi versus rasa malu dan ragu seperti yang digambarkan oleh Erikson. Bilamana orang dewasa menanggapi upaya anak dengan pertanyaan yang mendukung sambil tersenyum, anak akan bener-benar merasakan di hargai. Anak – anak usia ini adalah “ilmu Alami”. Mereka akan menerima pesan yang membingungkan tentang sekelilingnya dan menyebabkan mereka ragu dan takut terhadap hal-hal baru.
B.PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA AWAL KANAK-KANAK
Berdasarkan teori Piaget, anak usia ini harus mengembangkan keterampilan simbolik dalam kegiatan main peran dan berbahasa, namun mereka masiah mempelajari lingkungan melalui sentuhan, ciuman, rasa, dengar dan lihat(kegiatan sensorimotorik). Pemikiran pra-operasional Piaget mulai muncul selama pertengahan akhir tahun kedua. Pemikiran pra-operaional adalh awal kemampuan untuk merekomendasi pada tingkat pemikiran apa yang telah di lakukan di dalam perilaku. Pemikiran pra-operasional juga mencakup peralihan penggunaan symbol dari primitive kepada yang lebih canggih. Perilaku simbolik dapat diamati seperti pura-pura mendengar percakapan di telepn atau memasukkan botol mainan kedalam mulut boneka bayi.
C.PERKEMBNGAN BAHASA PADA MASA AWAL KANAK-KANAK
Melalui perolehan kterampilan berbahasa yang dimilinya anak-anak dapat dengan mudah memenuhi keinginannya serta terlibat dalam kegiatan main bersama anak- anak lain. Bahasa reseptifnya lebih banyak daripada bahasa ekspresifnya, namun ia dapat mengembangkan kosa kata ekspertifnya 50 kata lebih menata sebagian kosakata tersebut menjadi dua atua tiga frase pada soal ulang tahun keduanya. Anak – anak usia ini menyukai main sendiri(perilaku social soliter dari parten) dan disamping anak-anak lain(perilaku social pararel dari parten 1932),mengamati dan meniru permainan anak-anak lain.
D.PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA AWAL KANAK-KANAK
Pada tahun kedua,ank-anak yang baru belajar berjalan semakin terampil dalam system motorik dan gerakan mereka. Para ahli perkembangan anak yakin bahwa kegiatan motorik selama tahun kedua adalah vital bagi perkembangan kompetensi anak dan bahwa hanya di perlakukan sedikit pembatasan untuk tujuan keselamat atas petualangan motorik mereka(faibeng 1959).
E.PERKEMBANNGAN MAIN PADA MASA AWAL KANAK-KANAK
Anak usia ini masih membutuhkan obyek transisi terutama saat ia sakit atu terluka. Bilamana obyek transisi ini dipeluk sepanjang hari,anak akn berlama pada stimulusi dengan dirinya sendiri dan tidak beralih untuk berinteraksi dengan atu orng lain.
F.STIMULASI BAGI PERKEMBANGN ANAK USIA 18-24 BULAN SESUAI PERSPEKTIF BCCT
Kegiatn main sepanjang hari haruslah direncanakn dengan pengalaman-pengalaman kaya bahasa yang akan mendukung semua aspek perkembangan anak secara keseluruhan. Pengalamn main haruslah seimbang baik di dalam maupun diluar ruangan. Fokus pada gagasan yang dirancang disekitaar minat anak.

PERKEMBANGAN ANAK USIA 24-36 BULAN
Kegiatan belajar 4.
Pada usia ketiga kanak-kanak beranjak menjadi seorang anak. Pada masa itu anak ingin mencoba tugas-tugas baru dan ingin melakukan apapun sendiri,penting bagi orang dewasa membolehkan anak membantu dan melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri. Anak usia ini telah dapat mengembangkan banyak keterampilan menarik ia dapat berlari dengan rasa percaya diri yang tinggi dan jarang sekali jatuh,ia dapat memanjat pohon/tangga tanpa bantuan,namun belum dapat bergantian kaki.
Otaknya akan mencapai 80% dari ukuran orang dewasa selama tahun ini juga tubuhnya seimbang dan ia dapat keterampilan baru dengan lebih cepat.
A.PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK.
Menurut teori Erikson anak usia ini masiih dalam tahaap anatomi verans rasa malu dan ragu. Kepercayaan pada kemampuanya akan menjadi infrstruktur yang akan mendukung perkembangan pada keterampilan yang lebih tinggi selama masa prasekolah. Saat ia mendengar kata-kata seperti jangan sentuk itu kamu merasakannya.
Erickson juga menjelaskan pentingnya bermain peran terhadap perkembangan sosial emosional anak. Dalam main peran anak dapat mengubah kennyataan untuk memenuhi egonya. Misalnya saat orang dewasa mengatakan padanya bahwa ia tidak mendapatkan kue, ia dapat pergi ke kotak pasirnya dan membuat kue pura-pura ia juga dapat menggunakan cara bermain peran untuk memahami peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan mencari solusinya.
B.PERKEMBANGN KOGNITIF PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK
Kemampuan anak-anak usia ini untuk menghadirkan dunianya melalui bahasa dan ekspresi bermain peran atau bermain simbolik berkembang setiap hari,ia menjadi pemain yang hebat dan menikmati peran-peran orang dewasa di sekelilingnya.
Anak masiah bermain sendiri(perilaku sosial solider tahun 1932) atau disamping anak lain mengerjakan kegiatan-kegiatan yang serupa (perilaku sosial pararel paten) denngan dukungan orang dewasa anak dapat secara mulus berpindah kepada main bersama yang memerlukan penggunaan bahasa.
C.PERKEMBANGAN BAHASA PADA AKHIR KANAK-KANAK
Kemampuan berkomunikasi memberi kekuatan kepada anak untuk mengembalikan dunia sekitarnya.
Pada usia tiga tahun ia dapat secara terus menerus mengartikulasikan 300 atau lebih kata-kata dan kosakatanya. Anak usia ini mungkin mengalami disfluinsing seperti mengulang-ulang keseluruhan kata atau frase.
D.PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA KANAK-KANAK
Pada masa ini anak akan selalu bergerak sepanjang hari tanpa mengenal lelah. Contoh : dapat melempar bola sambil berlari, makan es krim sambil berjalan, menendang bola dengan penuh perhitungan. Kemampuan motorik halus,anak juga makin baik, ia dapat membuat coretan-coretan vertikal, horisontal dan lingkaran. Membangun menara dari balok-balok hingga 10 kkubus.
E.PERKEMBANGN MAIN PADA MASA AKHIR KANAK-KANAK
Obyek transisi masih penting selama masa-masa penuh tekanan saat anak membutuhkan kenyamanan.
Anak usia ini sangat penunutut dan mempelajari bahwa kata-kata sangatlah ampuh. Contoh : anak bila tidak mendapatkan keinginannya ia berguling di lantai,ia akan berteriak,jangn atau hentikan.
F.STIMULASI BAGI PERKEMBANGN ANAK USIA 24-36 BULAN SESUAI PERSPEKTIF BCCT
Kegiatn lain yang mendukung pengalaman bermain sensorimotorik,bermain peran dan bermain pembangunan haruskah tersdia baik di dalam maupun di luar ruangan. Contoh : semua bahan mainan haruskah ditata untuk mendukung perilaku positif main anak jika alat tidak cukup, anak berkelahidan menangis.




























DAFTAR PUSTAKA
Dr Suciati,dkk.(2004).Belajar dan Pembelajaran 2.Jakarta:Universitas Terbuka.

Hamalik,Oemar.(2008).Manajement Pengembangan Kurikulum.Bandung:UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.

Nugraha,Ali,dkk.(2007).Kurikulum dan Bahan Belajar.Jakarta:Universitas Terbuka.

Wijana,Widarmi D,dkk.(2008).Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:Universitas terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar