islamic clock

ZUNI PRASANTI (2009-31-120)

Tri lutfi aryanti 2009-31-203

MENGATASI TINGKAH LAKU AGRESIF PADA ANAK

BAGAIMANA MENGATASINYA
Sebenarnya agresi merupakan kekuatan hidup (life force) dan energi yang bisa bersifat membangun dan juga menghancurkan. Kekuatan ini adalah sesuatu yang membuat bayi bisa memiliki dan memegang kehidupan dan yang bisa membuatnya berteriak atau menangis kalau ia sedang merasa lapar.
Sikap tegas keras kepala seorang anak kecil dalam usahanya mendapatkan apa yang diinginkannya, permainan mereka yang kasar, serampangan, jerit anak perempuan selagi kejar-kejaran, dan penggunaan sumpah-serapah dan kata-kata kasar pada anak-anak remaja, semua itu secara kasar dapat digolongkan dalam perilaku agresif.
Agresi yang berlebihan banyak didapatkan pada anak yang orangtuanya bersikap terlalu memanjakan, terlalu melindungi, atau terlalu bersifat kuasa serta penolakan orangtua. Misalnya, hukuman badani seperti memukul dan kurang berhasilnya memberikan pengertian kepada anak mengenai tingkah laku yang tidak dapat dibenarkan.
Selama pertumbuhannya anak-anak itu memiliki kecenderungan yang wajar untuk berusaha menekan watak agresif mereka sedikit demi sedikit, kecuali bila pihak orangtua mereka justru mendorongnya ke arah itu. Dalam hal ini jelaslah bahwa sedikit sekali hubungan antara alat mainan dengan pengaruhnya terhadap perkembangan watak yang agresif pada kepribadian seorang anak.
PELAMPIASAN EMOSI
Menurut Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, psikolog, suatu bentuk lain dari pelampiasan emosi anak, terlihat dalam penyaluran agresi. Anak kelihatan agresif sekali dalam menghadapi “kekangan”. Tujuan utama dari pada agresi yang berlebih-lebihan adalah penguasaan situasi, mengatasi suatu rintangan atau halangan yang dihadapinya atau merusak suatu benda. Agresi tersebut dapat disalurkan melalui perbuatan, akan tetapi bila tingkah laku tersebut dihalangi, maka akan tersalur melalui perbuatan, akan tersalur melalui kata-kata dan pikiran.
Ada dua macam sebab yang mendasari tingkah laku agresif pada anak. Pertama, tingkah laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau melawan orang lain. Macam tingkah laku agresif ini biasanya ditandai dengan kemarahan atau keinginan untuk menyakiti orang lain. Kedua, tingkah laku agresif yang dilakukan sebagai sikap mempertahankan diri terhadap serangan dari luar.
HUKUMAN BADAN
Biasanya cara yang paling cepat dan tepat untuk mengatasi sikap agresif anak adalah dengan hukuman. Tetapi dari hasil analisa penelitian yang tak pernah berhenti, mereka berpendapat, bahwa disiplin yang diterapkan orangtua untuk mencegah sikap agresif, yang biasanya berupa hukuman badan, justru malah mengorbankannya. Pada kenyataannya anak yang terlalu sering menerima hukuman badan, sikap agresifnya cenderung semakin menjadi-jadi.
Menanggapi sikap agresif anak-anak, kita perlu melacak dua macam jalan keluarnya. Pertama, bagaimana mengurangi sikap agresifnya pada saat ini. Sedangkan jalan keluar yang lebih berjangka panjang adalah mencegah timbulnya sikap agresif dimasa yang akan datang. Apapun yang dipilih untuk menyalurkan dorongan agresifnya ini, tetap berarti bahwa dorongan agresif itu sendiri harus disalurkan dengan sebaik-baiknya. Perbuatan orangtua untuk setiap kali menyuruh diam anak-anak yang sedang bertengkar, atau menghukum anak setiap kali habis berkelahi dengan temannya adalah kurang bijaksana.
Sebagai kesimpulan, jelaslah, bahwa agresi itu sebenarnya sangat perlu untuk kelangsungan hidup dan penjagaan atau penyelamatan diri sendiri. Dan juga mendorong seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Namun juga perlu diingat, agresi ini akan bersifat destruktif jika digunakan untuk kebencian, merampas harta orang lain, menyerang orang lain atau diri sendiri.
Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat (KBBI: 1995: 12). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya.
Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.
Agresif terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga disekolah.
Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.
Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya. Keadaan ini menciptakan lingkaran setan, semakin anak tidak diterima oleh teman-temanya, maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya. Maka dari itu kita harus mampu mengetahui Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif.
Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya.
Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan sebagai berikut .
  1. Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa. Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum.
  2. Masalah ini bersifat kronis, artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-menerus, tidak menghilang dengan sendirinya.
  3. Perilaku tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya.
Untuk itu, untuk dapat mengetahui anak berperilaku kita harus dapat mengenali gejala serta Karakteristik Anak yang Berperilaku Agresif. Lebih lanjut Hidayani menjelaskan bahwa perilaku agresif dapat ditampilkan oleh anak individu (agresif tipe soliter) maupun secara berkelompok ( agresif tipe group). Pada perilaku agresif yang dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
Pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah yang hampir sama lalu memberikan kesampatan yang sama lalu memberikan kesampatan pada salah satu anak untuk menjadi ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk fisik.
Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan kelompok. Tidak ada usaha si anak untuk menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjauhkan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya.
Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak lain yang berperilaku agresif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar